Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Teori Feminis Modern, Assignments of Social Theory

Rangkuman dari materi Teori Feminis Modern

Typology: Assignments

2022/2023

Uploaded on 04/04/2023

Aznoval
Aznoval 🇮🇩

5

(1)

7 documents

1 / 13

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Fikri Achmad Maulana
1403622040
Pendidikan Sejarah A
TEORI FEMINIS MODERN
A. Persoalan Teoritis Mendasar
1. Feminis Modern
Teori feminis modern bertolak dari pertanyaan sederhana: "Dan bagaimana dengan
perempuan? "Dengan kata lain, di mana wanita berada di dalam setiap situasi yang
diteliti? Bila wanita tak berperan mengapa? Bila mereka berperan, apa sebenarnya
yang mereka lakukan? Bagaimana mereka mengalami situasi? Apa yang mercka
sumbangkan untuk itu? Apa artinya itu bagi mereka? Pertanyaan-pertanyaan yang
telah diajukan selama lebih dari 30 tahun ini menghasilkan kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan. Di mana wanita tak berperan, Itu bukan karena keterbatasan
kemampuan atau perhatian mereka tetapi karena ada upaya sengaja untuk
mengucilkan mereka. Di mana mereka berperan, peran mereka sangat berbeda dari
gambaran populer tentang mereka.
2. Persoalan Teori Mendasar
Begitu pula, pertanyaan teoritis mendasar feminisime perubahan revolusioner
dalam pemahaman kita tentang kehidupan sosial. Pertanyaan ini membawa kita
menemukan bahwa apa yang telah kita anggap sebagai pengetahuan yang absolut
dan universal tentang kehidupan sosial ternyata adalah pengetahuan yang berasal
dari pengalaman dari bagian masyarakat yang berkuasa yakni wanita yang
disubordinasikan, tetapi memerankan "peran pembantu" yang sangat dibutuhkan
dalam bekerja. Penemuan ini menimbulkan pertanyaan mengenai segala sesuatu
yang semula kita kira telah kita ketahui mengenai masyarakat. Penemuan ini dan
implikasinya merupakan intisari dari arti penting teori feminis masa kini bagi teori
sosiologi.
B. Teori Sosiologi tentang Jender: 1960-Kini
1. Teori Sosial Makro tentang Jender
a. Fungsionalisme
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd

Partial preview of the text

Download Teori Feminis Modern and more Assignments Social Theory in PDF only on Docsity!

Fikri Achmad Maulana 1403622040 Pendidikan Sejarah A TEORI FEMINIS MODERN A. Persoalan Teoritis Mendasar

  1. Feminis Modern Teori feminis modern bertolak dari pertanyaan sederhana: "Dan bagaimana dengan perempuan? "Dengan kata lain, di mana wanita berada di dalam setiap situasi yang diteliti? Bila wanita tak berperan mengapa? Bila mereka berperan, apa sebenarnya yang mereka lakukan? Bagaimana mereka mengalami situasi? Apa yang mercka sumbangkan untuk itu? Apa artinya itu bagi mereka? Pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan selama lebih dari 30 tahun ini menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Di mana wanita tak berperan, Itu bukan karena keterbatasan kemampuan atau perhatian mereka tetapi karena ada upaya sengaja untuk mengucilkan mereka. Di mana mereka berperan, peran mereka sangat berbeda dari gambaran populer tentang mereka.
  2. Persoalan Teori Mendasar Begitu pula, pertanyaan teoritis mendasar feminisime perubahan revolusioner dalam pemahaman kita tentang kehidupan sosial. Pertanyaan ini membawa kita menemukan bahwa apa yang telah kita anggap sebagai pengetahuan yang absolut dan universal tentang kehidupan sosial ternyata adalah pengetahuan yang berasal dari pengalaman dari bagian masyarakat yang berkuasa yakni wanita yang disubordinasikan, tetapi memerankan "peran pembantu" yang sangat dibutuhkan dalam bekerja. Penemuan ini menimbulkan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang semula kita kira telah kita ketahui mengenai masyarakat. Penemuan ini dan implikasinya merupakan intisari dari arti penting teori feminis masa kini bagi teori sosiologi. B. Teori Sosiologi tentang Jender: 1960-Kini
  3. Teori Sosial Makro tentang Jender a. Fungsionalisme

Pendukung utama teori fungsionalisme Jender adalah Miriam Johnson. Berbicara sebagai teoritisi fungsional dan sebagai feminis, ia pertama mengakui kegagalan fungsionalisme dalam meneliti secara memadai kerugian yang dialami wanita dalam masyarakat. Ia mengakui adanya pandangan berat sebelah yang tak sengaja dalam teori Parsons tentang keluarga dan kecenderungan fungsionalisme untuk meminggirkan masalah ketimpangan sosial, dominasi, dan penindasan-suatu kecenderungan yang berasal dari penekanan perhatian fungsionalisme pada ketertiban sosial. Namun, Johnson secara meyakinkan menunjukkan bahwa variasi dan kompleksitas fungsionalisme Parsonsian harus dipertahankan dalam menganalisis jender karena jangkauan analitiknya yang luas dan fleksibilitas dari teori yang mempunyai banyak segi tersebut- mengulangi pernyataan kebanyakan teoritisi neofungsional. b. Teori Konflik Analitik Teoritisi paling berpengaruh yang menganalisis masalah jender berdasarkan perspektif teori konflik adalah Janet Chafetz. Pendekatan Chafetz adalah lintas kultural dan lintas historis dan mencoba merumuskan teori jender dalam seluruh pola-pola kemasyarakatan khususnya. Secara lebih khusus, ia memusatkan perhatian pada masalah ketimpangan jender yang Teori Konflik Analitik disebutnya sebagai stratifikasi jenis kelamin (seks). Bertolak dari stratifikasi jenis kelamin ini Chafetz berpegang teguh pada praktik teori konflik analitik. Ia menemukan bentuk perulangan konflik sosial dan menganalisisnya dari sudut nilai netral kondisi struktural yang menghasilkan intensitas konflik yang meningkat atau menurun. c. Teori Sistem Dunia Teori sistem dunia memandang kapitalisme global di seluruh fase historisnya sebagai sebuah sistem untuk dijadikan sasaran analisis sosiologi. Masyarakat nasional dan kelompok kultural khusus lainnya (misalnya, penduduk koloni dan pribumi) adalah struktur penting dalam sistem kapitalisme dunia karena merupakan stratifikasi ekonomi dari masyarakat dan kelompok kelompok itu (inti ekonomi, semi pinggiran, dan pinggiran); pembagian kerja, modal, dan kekuasaan di antara dan di dalamnya; dan hubungan kelas di dalam setiap unit sosial. Karena yang telah ditetapkan sebagai sasaran studi teori ini adalah

lokal”. Pakar etnometodologi membuat perbedaan penting teoritis antara jenis kelamin (pengenalan biologis sebagai lelaki atau wanita), kategori jenis kelamin (pengenalan sosial sebagai lelaki atau wanita) dan jender (perilaku yang memenuhi harapan sosial untuk lelaki atau wanita). Jender tidak melekat dalam diri seseorang, tetapi dicapai melalui interaksi dalam situasi tertentu. Karena kategori jenis kelamin adalah kualitas individual yang secara potensial selalu ada, maka prestasi jender adalah kualitas yang secara potensial selalu ada dalam situasi sosial, Konsepsi normatif individu tentang perilaku lelaki atau wanita yang tepat adalah diaktifkan secara situasional. Orang dalam situasi tertentu tahu bahwa mereka "bertanggung jawab” melaksanakan peran jenis kelamin karena situasi memungkinkan seseorang berperilaku sebagai lelaki atau wanita dan sejauh orang lain mengakui perilakunya. C. Variasi Teori Feminis Kontemporer Masing-masing berbagai tipe teori feminis itu dapat digolongkan sebagai teori perbedaan jender, atau teori ketimpangan jender, atau teori penindasan jender, atau teori penindasan struktural.

  1. Perbedaan Jender Alice Rossi (1977, 1983), yang mengeksplorasi tesis bahwa keadaan biologi manusia menentukan banyak perbedaan sosial antara lelaki dan perempuan. Tetapi, secara keseluruhan respon feminis terhadap sosiologi bersifat menentang. Bagian ini akan melihat pada tiga teori perbedaan jender: feminism kultural, teori persyaratan institusional, dan teori yang didasarkan pada filsafat eksistensial atau fenomenologi. a. Feminisme Kultural Feminisme kultural biasanya, tetapi tidak selalu, lebih berkaitan dengan peningkatan nilai-nilai perbedaan perempuan ketimbang menjelaskan asal- usulnya. b. Peran Institusional Teori ini mengemukakan bahwa perbedaan jender berasal dari perbedaan peran lelaki dan perempuan di dalam berbagai setting institusional. c. Analisis Fenomenologis dan Eksistensial

Pemikir feminis yang menawarkan analisis fenomenologis dan eksistensial telah mengembangkan salah satu tema teori feminis yang penting: marginalisasi perempuan sebagai Other dalam kultur yang diciptakan lelaki.

  1. Ketimpangan Jender Ada empat tema yang menandai teori ketimpangan jender. a. Pertama, lelaki dan wanita diletakkan dalam masyarakat tak hanya secara berbeda, tetapi juga timpang. b. Kedua, ketimpangan ini berasal dari organisasi masyarakat, bukan dari perbedaan biologis atau kepribadian penting antara lelaki dan wanita. c. Ketiga, meski manusia individual agak berbeda ciri dan tampangnya satu sama lain, namun tak ada pola perbedaan alamiah signifikan yang membedakan lelaki dan wanita. d. Keempat, semua teori ketimpangan menganggap baik itu lelaki maupun wanita akan menanggapi situasi dan struktur sosial yang makin mengarah ke persamaan derajat (egalitarian) dengan mudah dan secara alamiah. D. Feminisme Liberal Feminisme Liberal merupakan bentuk ekspresi dari teori ketimpangan jender yang berargumen bahwa perempuan bisa mengklaim kesamaan dengan lelaki atas dasar kapasitas esensial manusia sebagai agen moral yang bernalar, bahwa ketimpangan jender adalah akibat dari pola seksis dan patriarkis dari divisi kerja, dan bahwa kesetaraan jender dapat dicapai dengan mengubah divisi kerja melalui pemolaan ulang institusi-institusi kunci-hukum, pekerjaan, keluarga, pendidikan, dan media. E. Teori Penindasan Jender Interseksionalitas Teori penindasan jender melukiskan situasi wanita sebagai akibat dari hubungan kekuasaan langsung antara lelaki dan wanita, di mana lelaki mempunyai kepentingan mendasar dan konkret untuk mengendalikan, menggunakan, menaklukkan, dan menindas wanita--yakni untuk melaksanakan dominasi. dominasi adalah setiap hubungan di mana pihak (individu atau kolektif) yang dominan berhasil membuat pihak lain (individu atau kolektif) yang disubordinasikan sebagai alat kemauannya dan menolak untuk mengakui kebebasan subjektivitas pihak yang disubordinasikan.

pelaksanaan dominasi dan pengalaman penindasan dalam interplay dari struktur- struktur tersebut, yakni dalam cara di mana mereka saling menguatkan satu sama lain. J. Feminisme Sosialis Proyek teoritis feminis sosialis dikembangkan di seputar tiga tujuan:

  1. Mencapai kritik yang distingtif dan saling berkaitan terhadap penindasan patriarki dan kapitalisme dari sudut pandang pengalaman perempuan;
  2. Mengembangkan metode yang eksplisit dan memadai untuk analisis sosial yang berasal dari pemahaman materialisme historis yang diperluas;
  3. Menggabungkan pemahaman terhadap signifikansi ide dengan analisis materialis atas determinasi persoalan manusia. K. Teori Interseksionalitas Teori ini dimulai dengan pemahaman bahwa perempuan mengalami penindasan dalam berbagai konfigurasi dan derajat intensitas yang berbeda. Penjelasan untuk variasi itu dan penjelasan ini merupakan subjek sentral dari teori interseksionalitas adalah bahwa sementara semua perempuan secara potensial mengalami penindasan atas dasar jender, bagaimanapun juga perempuan ditindas secara berlainan oleh berbagai interseksi (titik silang) ketimpangan sebagai vektor penindasan dan privilese yang tidak hanya mencakup jender, tetapi juga kelas, ras, lokasi global, preferensi seksual dan usia. L. Patricia Hill Collins Menurut keterangannya sendiri dia tumbuh di keluarga pekerja kulit hitam yang suportif dan besar yang berada di lingkungan kulit hitam Philadelphia; dia pindah dari tempat yang aman ini untuk melanjutkan pendidikan untuk wanita dan kemudian dia mendapat gelar dari Universitas Brandeis pada 1969, dan gelar M.A.T. di Harvard pada
  4. Selama 1970-an dia bekerja sebagai spesialis kurikulum di sekolah-sekolah di Boston, Pittsburgh, Hartford, New York, dan Washington D.C. dia kembali ke Brandeis untuk mendapatkan gelar Ph.D. dalam bidang sosiologi, yang diraihnya pada 1984. Dia menghabiskan karirnya di pendidikan tinggi di Universitas Cincinnati di mana dia memegang dua jabatan, sebagai Charles Phelps Taft Professor of Sociology dan sebagai Professor of African American Studies.

Collins menulis bahwa pengalaman keberhasilan pendidikannya disusupi oleh pengalaman lain sebagai "orang pertama' atau 'satu dari segelintir' atau 'satu-satunya' perempuan Afrika-Amerika dan atau perempuan kelas-pekerja di sekolah saya, komunitas saya dan tempat kerja saya" (1990:xi). Black Feminist Thought menyajikan teori sosial sebagai pemahaman tentang kelompok khusus, perempuan kulit hitam; untuk tujuan ini Collins mengambil dari berbagai sumber, beberapa di antaranya terkenal, dan yang lainnya tidak jelas. Yang dia sajikan adalah teori sosial berbasis komunitas yang mengartikulasikan pemahaman kelompok tersebut mengenai penindasan oleh interseksi dari ras, jender, kelas, dan perjuangan historisnya melawan penindasan. Black Feminist Thought menunjukkan satu arah untuk teori sosial feminis pada khususnya dan teori sosial pada umumnya. M. Feminisme & Post-Modernisme

  1. Melemahnya kekuasaan negara yang terpusat;
  2. Perkembangan gerakan sosial liberasionis yang didasarkan bukan pada kelas tetapi bentuk lain dari identitas-nasionalisme;
  3. Tahap ekspansif yang agresif dalam kapitalisme global;
  4. Pemolaan hidup oleh teknologi yang semakin penetratif dan kuat yang mengontrol produksi dan mempromosikan konsumerisme;
  5. Feminisme dan postmodernisme sama-sama mengangkat persoalan tentang pengetahuan milik siapa atau definisi siapa yang akan dijelaskan, dan, sampai tahap tertentu, keduanya turut melakukan decentering dan dekonstruksi.
  6. Teori post-modernis dimulai dengan observasi bahwa kita (yakni kita yang hidup di abad 21) tak lagi hidup di bawah kondisi modernitas tetapi kondisi "post- modernitas.". N. Teori Sosiologi Feminis Bagian ini memberikan sintesis dari ide-ide yang terkandung atau tersirat dalam teori- teori feminis yang dijelaskan untuk mengembangkan prinsip-prinsip dasar teori sosiologi feminis. Sintesis didasarkan pada klaim klasik yang dibuat oleh para ahli teori di berbagai bidang, termasuk sosiologi; pengaruh penting termasuk Benjamin, 1988; Bordeaux, 1993; Chodorow, 1978; P. Collins, 1990, 1998; Gilligan, 1982; Heilbrunn, 1988; Hennessey dan Ingraham, 1997; Tuhan, 1984; McKinnon, 1989; Kaya, 1976,

Sosiologi feminis seperti perspektif mikro sosiologi memusatkan perhatian pada masalah mengapa individu saling memperhatikan ketika mereka mengejar tujuan yang telah dirancang sebelumnya atau secara subjektif memiliki makna bersama. Teori sosiologi feminis menyatakan bahwa model konvensional dari interaksi behavioris sosial dan definisionis sosial-lihat Apendiks mungkin menggambarkan bagaimana kesetaraan dalam kategori pemberian kekuasaan makrostruktural dapat menciptakan makna dan menegosiasikan hubungan dalam proyek bersama, bagaimana pengalaman pihak yang dominan berinteraksi dengan pihak yang sederajat atau di bawahnya. Namun, teori feminis menunjukkan bahwa ketika ketimpangan struktural berinteraksi ada lebih banyak kualitas lain dalam hubungan itu ketimbang yang ditunjukkan oleh model konvensional bahwa tindakan lebih bersifat responsif ketimbang purposif, bahwa ada kesinambungan pelaksanaan kekuasaan yang berbeda, bahwa makna dari banyak aktivitas dibuat kabur atau tak tampak, bahwa akses tidak selalu terbuka bagi setting-setting tempat di mana paling memungkinkan untuk menciptakan makna yang sama. Kebanyakan mikro sosiologi aliran utama menyajikan model tujuan manusia dalam menentukan tujuan mereka sendiri dan mengejar tujuan itu menurut aksi di mana mereka secara individual atau kolektif berjuang untuk menghubungkan kehidupan wanita mempunyai kualitas kebetulan incidentalism, karena wanita merasakan diri mereka mengejar agenda yang hanya berkisar di seputar perkawinan, menjadi bagian tindakan suami, penerima dampak rencana kehidupan anak-anak yang tak teramalkan, bercerai, menjadi janda, dan kesulitan dalam mendapatkan lapangan kerja bagi kebanyakan wanita pekerja upahan. Kedua, dalam kegiatan sehari-hari mereka, wanita merasa diri mereka tak begitu banyak mengejar tujuan dalam rentetan tindakan linear, tetapi terus-menerus menanggapi kebutuhan dan tuntutan orang lain. Q. Subjektivitas Kebanyakan teori sosiologi menempatkan level subjektivitas pengalaman sosial di bawah tindakan sosial mikro subjektivitas mikro atau sebagai kultur atau ideologi di tingkat makro subjetivitas makro. Tetapi, sosiologi feminis berpendirian bahwa interpretasi individual aktor tentang tujuan dan hubungan harus dilihat sebagai tingkat yang berbeda. Pendirian ini, seperti kebanyakan sosiologi feminis, menimbulkan studi tentang kehidupan wanita dan dapat diterapkan terhadap kehidupan orang bawahan subordinate pada umumnya. Wanita dan mungkin orang bawahan lainnya terutama menyadari benar kekhususan pengalaman subjektif mereka karena pengalaman mereka

sendiri demikian sering bertentangan dengan definisi kultur yang berlaku dan definisi interaksi-mikro yang mapan. Ketika sosiolog melihat tingkat pengalaman subjektif sebagai bagian dari tatanan sosial mikro, biasanya mereka memusatkan perhatian pada empat masalah utama, satu, pengambilan peran dan pengetahuan tentang orang lain, dua, proses internalisasi norma komunitas, tiga, sifat dasar kedirian sebagai aktor sosial, empat, sifat dasar kesadaran tentang kehidupan sehari-hari. Bagian ini membahas tesis feminis mengenai masing- masing masalah itu. Model sosiologi konvensional tentang subjektivitas seperti dikemukakan dalam teori dan Schutz beranggapan bahwa dalam rentetan pengambilan peran, aktor sosial belajar memahami diri sendiri melalui penglihatan orang lain yang dianggap kurang lebih sama dengan penglihatan aktor sendiri. Tetapi, sosiologi feminis menunjukkan bahwa wanita disosialisasikan untuk memahami diri mereka sendiri melalui penglihatan lelaki. Bahkan jika orang lain yang penting itu adalah wanita sekalipun, mereka demikian telah tersosialisasi sehingga mereka pun mengambil pandangan kaum lelaki tentang diri mereka sendiri dan tentang wanita lain. Bagi wanita, orang lain itu adalah lelaki dan adalah orang asing. Bagi lelaki, orang lain itu terutama adalah lelaki yang kualitas pertimbangan kulturalnya mengenai jender serupa dengan mereka. Feminisme gelombang ketiga menekankan bahwa formula ini diperumit oleh interaksi berbagai vektor penindasan dan hak istimewa dalam kehidupan individual. Pengambilan peran biasanya dilihat mencapai puncaknya dalam internalisasi norma komunitas melalui pembelajaran aktor sosial dalam mengambil peran orang lain yang digeneralisir the generalized other, yakni sebuah konsep yang secara mental diciptakan aktor dari campuran pengalaman tingkat makro dan mikro yang membentuk kehidupan sosialnya. R. Menuju Teori yang Integratif Gambaran organisasi sosial yang muncul dalam teori sosiologi feminis sangatlah integratif. Teori ini menggabungkan aktivitas ekonomi dengan bentuk lain produksi riil manusia (pengasuhan anak, santapan rohani, pengetahuan pemeliharaan rumah tangga, seksualitas, dan seterusnya), teori ini melihat produk material berkaitan erat dengan produksi ideologi: melukiskan saling penetras avata antara institusi yang otonom dan tindakan dan hubungan individual sukarela menghubungkan struktur dengan interaksi

Pertanyaan:

  1. Mengapa Miriam Johnson mendukung teori fungsionalisme Jender? Jawaban: Miriam Johnson mendukung teori fungsionalisme Jender karena meskipun ia mengakui kegagalan fungsionalisme dalam meneliti secara memadai kerugian yang dialami wanita dalam masyarakat, ia juga menyadari bahwa variasi dan kompleksitas fungsionalisme Parsonsian harus dipertahankan dalam menganalisis jender karena jangkauan analitiknya yang luas dan fleksibilitas dari teori yang mempunyai banyak segi tersebut. Johnson juga menunjukkan bahwa teori fungsionalisme dapat menjadi dasar bagi analisis jender karena mampu mempertimbangkan peran penting yang dimainkan oleh keluarga dan struktur sosial dalam memengaruhi hubungan antara pria dan wanita serta memahami bagaimana gender dapat mempengaruhi perilaku individu dan masyarakat.
  2. Bagaimana pengalaman Collins sebagai perempuan Afrika-Amerika dan kelas pekerja memengaruhi pandangannya tentang teori sosial? Jawaban: Pengalaman Collins sebagai "orang pertama" atau "satu-satunya" perempuan Afrika- Amerika dan atau perempuan kelas-pekerja di sekolah, komunitas, dan tempat kerja memengaruhi pandangannya tentang teori sosial. Dalam bukunya, "Black Feminist Thought", Collins menyajikan teori sosial sebagai pemahaman tentang kelompok khusus, yaitu perempuan kulit hitam. Dia menggunakan pengalaman dan pemahamannya tentang penindasan oleh interseksi dari ras, gender, kelas, dan perjuangan historisnya dalam melawan penindasan untuk mengartikulasikan teori sosial berbasis komunitas. Dengan demikian, pandangan Collins tentang teori sosial terbentuk oleh pengalamannya sebagai perempuan kulit hitam dan kelas pekerja, serta perjuangan kelompoknya dalam melawan penindasan.