Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Etnometodologi - Teori Sosial Budaya, Assignments of Social Theory

Rangkuman dari materi Etnometodologi

Typology: Assignments

2022/2023

Uploaded on 04/02/2023

Aznoval
Aznoval 🇮🇩

5

(1)

7 documents

1 / 7

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Nama: Fikri Achmad Maulana
NIM: 1403622040
Prodi: Pendidikan Sejarah
Etnometodologi
A. Definisi Etnometodologi
Istilah Etnometodologi (Ethnomethodology), yang berakar pada bahasa Yunani, berarti
“Metode” yang digunakan orang dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.
Bila dinyatakan secara sedikit berbeda, dunia dipandang sebagai penyelesaian masalah
secara praktis secara terus-menerus. Manusia dipandang rasional, tetapi dalam
menyelesaikan masalah kehidupan sehari- hari, mereka menggunakan “penalaran
praktis, bukan logika formula. Etnometodologi memusatkan perhatian pada
organisasi kehidupan sehari-hari atau seperti digambarkan Garfinkel (1988:104)
"masyarakat biasa yang abadi”. Menurut istilah Pollner adalah "organisasi luar biasa
dari masyarakat biasa" (1987:xvii). Realitas objektif fakta sosial bagi etnometodologi
adalah fenomena fundamental sosiologi karena merupakan setiap produk masyarakat
setempat yang diciptakan dan diorganisir secara alamiah, terus-menerus, prestasi
praktis, selalu, hanya, pasti dan menyeluruh, tanpa henti dan tanpa peluang menghindar,
menyembunyikan diri, melampaui, atau menunda (Garfinkel, 1991:11).
B. Diversifikasi Etnometodologi
Etnometodologi mula-mula “diciptakan" oleh Garfinkel di akhir tahun 1940 an, tetapi
baru menjadi sistematis setelah diterbitkan karyanya yang berjudul Studies in
Ethnomethodology pada 1967. Tak salah dikatakan bahwa etnomelodologi,
diversitasnya, dan problemnya, akan semakin banyak di tahun-tahun mendatang. Hanya
satu dekade setelah terbitnya Studies in Ethnomethodology, dan Zimmerman
menyimpulkan bahwa ada beberapa jenis etnometodologi. Seperti dinyatakan
pf3
pf4
pf5

Partial preview of the text

Download Etnometodologi - Teori Sosial Budaya and more Assignments Social Theory in PDF only on Docsity!

Nama: Fikri Achmad Maulana NIM: 1403622040 Prodi: Pendidikan Sejarah Etnometodologi A. Definisi Etnometodologi Istilah Etnometodologi (Ethnomethodology), yang berakar pada bahasa Yunani, berarti “Metode” yang digunakan orang dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Bila dinyatakan secara sedikit berbeda, dunia dipandang sebagai penyelesaian masalah secara praktis secara terus-menerus. Manusia dipandang rasional, tetapi dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari- hari, mereka menggunakan “penalaran praktis, ” bukan logika formula. Etnometodologi memusatkan perhatian pada organisasi kehidupan sehari-hari atau seperti digambarkan Garfinkel (1988:104) "masyarakat biasa yang abadi”. Menurut istilah Pollner adalah "organisasi luar biasa dari masyarakat biasa" (1987:xvii). Realitas objektif fakta sosial bagi etnometodologi adalah fenomena fundamental sosiologi karena merupakan setiap produk masyarakat setempat yang diciptakan dan diorganisir secara alamiah, terus-menerus, prestasi praktis, selalu, hanya, pasti dan menyeluruh, tanpa henti dan tanpa peluang menghindar, menyembunyikan diri, melampaui, atau menunda (Garfinkel, 1991:11). B. Diversifikasi Etnometodologi Etnometodologi mula-mula “diciptakan" oleh Garfinkel di akhir tahun 1940 an, tetapi baru menjadi sistematis setelah diterbitkan karyanya yang berjudul Studies in Ethnomethodology pada 1967. Tak salah dikatakan bahwa etnomelodologi, diversitasnya, dan problemnya, akan semakin banyak di tahun-tahun mendatang. Hanya satu dekade setelah terbitnya Studies in Ethnomethodology, dan Zimmerman menyimpulkan bahwa ada beberapa jenis etnometodologi. Seperti dinyatakan

Zimmerman, "etnometodologi mencakup sejumlah penyelidikan yang kurang lebih berbeda dan adakalanya saling bertentangan”.

  1. Studi Setting Institusional Terdapat dua studi etnomologi, yang pertama adalah setting institutional. Studi etnometodologi awal yang dilakukan oleh Garfinkel dan rekannya berlangsung dalam setting biasa dan tak diinstitusionalkan (noninstitutonalized) seperti di rumah, kemudian bergeser ke arah studi kebiasaan sehari-hari dalam setting institusional seperti dalam sidang pengadilan, klinik (Ten Have, 1995), dan kantor polisi. Tujuan studi seperti itu adalah memahami cara orang dalam setting institusional melaksanakan tugas kantor mereka dan proses yang terjadi dalam institusi tempat tugas itu berlangsung. Studi sosiologi konvensional tentang setting institusional seperti itu memusatkan perhatian pada strukturnya, aturan formalnya, dan prosedur resmi untuk menerangkan apa yang dilakukan orang di dalamnya.
  2. Analisis Percakapan Analisis percakapan memerlukan pengumpulan data dan analisis yang sangat rinci, Data ini tak hanya terdiri dari kata-kata saja, tetapi juga meliputi “keragu-raguan, gaduh, tersedu-sedu, mendehem, tertawa, berpantun, dan sebagainya, dan juga perilaku nonverbal yang terdapat dalam rekaman video yang biasanya berkaitan erat dengan rentetan aktivitas yang direkam oleh audiotape." Kedua, bahkan percakapan rinci yang paling baik sekalipun harus dianggap sebagai pencapaian yang teratur. Aspek-aspek kecil percakapan tak hanya diatur oleh pakar etnometodologi; mula- mula diatur oleh "aktivitas metodis aktor itu sendiri “( Zimmerman, 1988:415). Ketiga, interaksi pada umumnya, dan percakapan pada khususnya, mempunyai sifat stabil dan teratur yang dicapai oleh aktor yang terlibat. Secara metodologis, analisis percakapan berupaya mempelajari percakapan yang terjadi dalam konteks yang wajar. C. Contoh Awal
  3. Eksperimen Pelanggaran

kelamin, yang selama ini dipikirkan sebagai status yang diwarisi, dapat dipahami sebagai kecakapan menyusun kebiasaan yang ditetapkan. D. Analisis Percakapan Tujuan analisis percakapan adalah:

  1. Pengenalan dan pengakuan
  2. Membuat tertawa
  3. Merangsang tepuk tangan
  4. Ejekan
  5. Munculnya interaksi dari cerita dan kisah
  6. Formulasi
  7. Integrasi komunikasi aktifitas non-vokal
  8. Malu dan percaya diri E. Studi Institusi Beberapa pakar etnometodologi mengalihkan perhatian mereka ke dunia pekerjaan. Misalnya, Button (1987) meneliti wawancara pekerjaan. Tak mengherankan, ia melihat wawancara sebagai percakapan yang berurutan dan " sebagai kepandaian praktis yang diletakkan kedua belah pihak pada suasana itu ” ( Button, 1987:160). Mediator terutama berupaya membatasi kemungkinan dakwaan dan sangkalan langsung oleh kedua belah pihak yang bercekcok. Perang mulut seperti itu besar kemungkinannya menyebabkan konflik dan mediator berupaya mencegah terjadinya dan segera bertindak begitu mulai. Untuk menghentikan perang mulut, mediator dapat mencoba mengubah pokok pembicaraan, mengalihkan arah pertanyaan atau sanksi percekcokan. F. Kritik Terhadap Sosiologi Tradisional Pakar etnometodologi mengkritik sosiologi tradisional karena selalu menekankan perhatian pada dunia sosial (mehan dan wood, 1975). Mereka yakin, sosiologi belum cukup perhatian atau belum cukup menghargai fenomena kehidupan sehari-hari yang seharusnya menjadi sumber pokok pengetahuan sosiologi (sharrock dan anderson, 1986). Lebih ekstrem lagi, sosiologi telah menghilangkan aspek kehidupan sosial yang

sangat esensial (etnometodologi) dan memusatkan perhatian pada dunia konsepsi yang menyembunyikan praktik kehidupan seharihari. Karena keasyikan pandangan mereka sendiri tentangkehidupan sosial, para sosiolog cenderung tak memahami realitas sosial sama dengan yang mereka kaji. Seperti dikatakan mehan dan wood, "dalam upaya berperan sebagai ilmu sosial, sosiologi justru menjadi terasing dari kehidupan sosial" (1975:63). Menhan dan Wood (lihat juga Sharrock danAnderson, 1986) melontarkan sejumlah kritik terhadap sosiologi. Dikatakan bahwa konsep yang digunakan sosiologi mendistorsi dunia sosial, menghancurkan pasang surutnya. Distorsi selanjutnya disebabkan kepercayaan sosiologi yang berlebihan atas teknik ilmiah dan analisis data dengan metodestatistik. Statistik sesungguhnya tak tepat digunakan untuk menganalisis kehidupan nyata yang sangat canggih dan luas. Mehan dan Wood juga mengatakan bahwa sosiolog cenderung menawarkan abstraksi tentang kehidupan sosial yang makin terpisah jauh dari realitas kehidupan sehari-hari. Hasil studi R.W. Mackay (1974) tentang sosialisasi anak-anak juga lebih bermanfaat sebagai kritik atas kekacauan topik dan sumber studi sosiologi tradisional. Mackay membandingkan pendekatan "normatif"sosiologi tradisional dengan pendekatan interpretatif etnometodologi. Pendekatan normatif menyatakan bahwa sosialisasi adalah semata-mata sederetan tahap di mana orang dewasa yang "sempurna“ mengajarkan cara-cara hidup bermasyarakat kepada anak-anak yang “belum sempurna". Mackay memandang ini sebagai "tafsiran" yang mengabaikan realitas bahwa sosialisasi sebenarnya menyangkut interaksi antara anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak tidaklah pasif, seperti wadah kosong. Anak-anak adalah partisipan yang aktif dalam proses sosialisasi karena mereka mempunyai kemampuan untuk menalar, menemukan dan mempelajari pengetahuan. Sosialisasi adalah proses dua sisi. Mackayyakin, orientasi etnometodologi "memperbaiki interaksi antara orang dewasa dan anak-anak berdasarkan kecakapan menafsirkan fenomena yang distudi” (1974:183). G. Ketegangan dan Tekanan dalam Etnometodologi Etnometodologi membuat langkah sehat dalam sosiologi terutama di bidang analisis percakapan, dan mampu menghimpun pengetahuan tentang dunia kehidupan seharihari, ada beberapa masalah yang harus diperhatikan:

Pertanyaan:

  1. Mengapa Etnometodologi baru menjadi sistematis setelah diterbitkan karya Garfinkel yang berjudul Studies in Ethnomethodology pada 1967? Jawaban: Etnometodologi baru menjadi sistematis setelah diterbitkan karya Garfinkel yang berjudul Studies in Ethnomethodology pada 1967 karena sebelumnya konsep etnometodologi belum terorganisir dengan baik. Meskipun Garfinkel telah menciptakan istilah tersebut di akhir tahun 1940-an, tidak ada karya yang secara sistematis mengembangkan konsep etnometodologi. Setelah diterbitkannya karya Garfinkel, etnometodologi menjadi lebih dikenal dan menarik minat banyak peneliti sehingga semakin banyak studi tentang etnometodologi dilakukan pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa Studies in Ethnomethodology memberikan dasar bagi pengembangan lebih lanjut dari konsep etnometodologi.
  2. Bagaimana cara analisis percakapan dilakukan? Jawaban: Analisis percakapan dilakukan dengan pengumpulan data dan analisis yang sangat rinci. Data ini meliputi bukan hanya kata-kata, tetapi juga perilaku nonverbal seperti keragu-raguan, gaduh, tersedu-sedu, mendehem, tertawa, berpantun, dan sebagainya, serta aktivitas yang tercatat dalam rekaman video yang berkaitan erat dengan aktivitas yang direkam oleh audiotape. Analisis percakapan juga membutuhkan pengaturan aspek kecil dalam percakapan, yang pertama-tama diatur oleh "aktivitas metodis aktor itu sendiri." Selain itu, analisis percakapan berusaha untuk mempelajari percakapan yang terjadi dalam konteks yang wajar, karena interaksi pada umumnya, dan percakapan pada khususnya, memiliki sifat stabil dan teratur yang dicapai oleh aktor yang terlibat.